Iman dalam ajaran Islam merupakan perkara mendasar terkait aqidah setiap muslim. Apabila salah memahami arti iman Islam, hal tersebut dapat menyebabkan terjerumus ke dalam keharaman bahkan dapat berujung pada kemusyrikan dan kekafiran.
Imam Ibnu Rajab al Hambali telah menjelaskan dalam kitab Jaamiul ‘Ulum wal Hikam 63, menjelaskan bahwa: “Iman merupakan keyakinan hati, pengenalan dan pengakuan. Sedangkan Islam merupakan keadaan berserah diri pada Allah, sepenuhnya tunduk pada-Nya disertai dengan melakukan berbagai ketaatan dan menjauhi larangannya.
Pokok-pokok keimanan ada enam, sebagaimana diterangkan dalam sabda nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam :
قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” [HR. Muslim]
Definisi iman menurut ulama yakni diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati, serta diamalkan dengan anggota tubuh. Iman dapat meningkat karena ketaatan, kemudian menurun karena kemaksiatan.
Imam Muhammad bin Isma’il bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al Asbahani menyampaikan bahwa: “Iman berdasarkan pandangan syariat yaitu pembenaran hati, serta amalan anggota tubuh”.
Al Imam Asy Syafi’i menjelaskan di dalam Al Umm : “.. bahwasanya iman adalah perkataan, amal, dan niat. Tidaklah cukup salah satu saja tanpa mencakup ketiga unsur yang lainnya”.
Iman bisa bertambah dikarenakan beberapa hal, diantaranya:
- Mendalami mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya dari nama-nama-Nya. Seseorang muslim, semakin mengenal Allah, maka keimanannya semakin bertambah pula.
- Memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan ayat syar’iyah.
- Memperbanyak melakukan ketaaatan dan amal sholeh.
- Meninggalkan kemakisatan dan segala yang dilarang Allah dan Rasul-nya.
Adapun hal-hal penurun keimanan diantaranya:
- Enggan mendalami untuk mengenal Allah dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
- Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah
- Sedikit mengerjakan amal shalih
- Melakukan kemaksiatan
Iman mempunyai banyak cabang, sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama adalah perkataan, Laa illaaha illallah (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari iman.” [HR. Muslim]
Sabda shahih Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa iman Islam mencakup keyakinan di dalam hati sekaligus amalan hati, lalu perkataan di lisan, diikuti pula dengan pembuktian melalui perbuatan yang dikerjakan anggota badan .Selain itu, hadist ini juga menunjukkan bahwa iman itu memiliki cabang-cabang.