Selain menjaga berat badan, mengetahui tekanan darah normal menurut WHO juga penting dalam menjalani hidup sehat. Tensi yang tidak normal memang berkaitan dengan berbagai penyakit berbahaya.
Pentingnya Mengetahui Berapa Tekanan Darah Normal Menurut WHO
Penyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung misalnya, terkait dengan tensi darah tinggi atau hipertensi. Parahnya, kadang penyakit ini bisa tidak terdeteksi selama bertahun-tahun sebelum menunjukkan gejala.
Hipertensi juga bisa menyebabkan gangguan pada ginjal. Jika tidak segera ditangani, bisa berujung ke kematian. Karena itulah hipertensi sering disebut sebagai silent killer.
Hipertensi bahkan menjadi penyebab kematian pertama di Indonesia selama tahun 2000 – 2013. Dari data yang dihimpun Dokter Hipertensi Indonesia ini, 76% kasus tidak terdiagnosis di awal.
Selain itu, tekanan darah rendah atau hipotensi juga berkaitan dengan masalah kesehatan. Namun biasanya baru dianggap berbahaya jika disertai gejala seperti pusing, mual, pingsan, depresi, sering lemas dan mengantuk, dll.
Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengetahui berapa tekanan darah normal menurut WHO. Kenapa WHO? Karena ia merupakan badan di bawah PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan internasional.
Jika Anda pria dewasa berusia di atas 20 tahun, ada baiknya memeriksa tensi secara rutin setidaknya 3 – 5 tahun sekali. Jika ada riwayat penyakit dalam keluarga, pemeriksaan bisa dilakukan lebih sering.
Dengan mengetahui berapa tekanan darah normal menurut WHO, Anda bisa mengambil tindakan lebih cepat. Anda masih punya kesempatan menormalkannya sebelum gejala fatal terjadi.
Yang Perlu Diperhatikan Saat Mengukur Tensi
Sebelum mengetahui berapa tekanan darah normal berdasarkan usia menurut WHO, ketahui hal berikut. Ada beberapa hal yang menyebabkan tensi Anda menjadi abnormal saat pengukuran.
Sehingga, Anda seakan mengalami hipertensi meskipun tubuh Anda sebenarnya sehat. Misalnya saja jika Anda melakukan pengukuran tepat setelah meminum kopi, merokok, berolahraga, atau stres.
Untuk itu, ulangi pengukuran 2 – 3 kali setelah mengambil jeda sekitar 1 menit. Pastikan juga Anda duduk tenang dan memasang alat pengukur tensi dengan benar.
Jika ragu, lakukan pengukuran di puskesmas terdekat. Membeli alat pengukur digital juga bisa memberikan hasil yang cukup akurat.
Berapa Tekanan Darah Normal Berdasarkan Usia Menurut WHO?
Tensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Obesitas terutama obesitas abdominal, alkohol, dan asupan garam tinggi juga bisa meningkatkan risiko hipertensi.
Pria pun cenderung memiliki tensi lebih tinggi dari kaum wanita. Meski demikian, tekanan darah normal berdasarkan usia menurut WHO sebenarnya disamakan dari remaja hingga paruh baya.
Tekanan darah normal berdasarkan usia menurut WHO ini juga berlaku untuk kaum hawa. Untuk lebih jelasnya, berikut ini klasifikasi tensi menurut WHO:
1. Tekanan Darah Normal Menurut WHO
Tekanan darah normal menurut WHO yaitu kurang dari 120/80. Angka di atas adalah sistolik, tekanan saat jantung berdetak. Sedangkan angka di bawah adalah diastolik yang merupakan tekanan saat jantung relaksasi.
Biasanya, sistolik lebih diperhatikan karena berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular di usia di atas 50. Namun, hipertensi bisa didiagnosis baik dari sistolik maupun diastolik.
Jika tensi Anda sesuai dengan tekanan darah normal menurut WHO, selamat! Pertahankan dan tingkatkan pola hidup sehat Anda selama ini. Hindari stres baik saat menjalankan usaha, bekerja, maupun di kehidupan sehari-hari.
2. Hipertensi Tahap 1
Hipertensi tahap 1 ditandai dengan sistolik dan diastolik yang berada di atas tekanan darah normal menurut WHO. Yaitu lebih dari 140-159 untuk sistolik dan 90-99 untuk diastolik.
Perubahan gaya hidup yang lebih sehat bisa membantu menurunkan tensi. Ambil sepatu Anda dan berolahragalah secara rutin. Berhentilah merokok dan batasi asupan garam sehari-hari.
Dokter juga mungkin menyarankan konsumsi obat-obatan. Namun hal ini tergantung pada kondisi tubuh, tingginya tensi, dan masalah kesehatan lain yang mungkin Anda miliki.
3. Hipertensi Tahap 2
Di tahap 2 atau sedang ini, tensi mencapai 160-179 untuk sistolik dan 100-109 untuk diastolik. Risiko penyakit jantung dan stroke menyerang bisa lebih besar.
Jika tidak ada komplikasi diabetes dan penyakit kardiovaskular, lakukan pemeriksaan ulang mingguan. Juga terapkan gaya hidup sehat dan kurangi asupan garam serta alkohol.
Kalau tensi tidak menurun selama 4-12 minggu, segera konsultasi dengan dokter. Namun jika ada komplikasi, konsultasi harus dilakukan setelah pemeriksaan ulang dan tensi tak kunjung turun setelah 3-4 minggu.
4. Hipertensi Tahap 3
Hipertensi tahap 3 disebut juga sebagai hipertensi berat. Ditandai dengan tensi yang jauh melebihi tekanan darah normal menurut WHO, yakni di atas 180/110.
Ia perlu diturunkan secara bertahap dengan cara yang aman. Penurunan signifikan perlu dihindari karena dapat memicu serangan jantung iskemik.
Meski tidak memiliki komplikasi atau gejala apapun, Anda disarankan tetap ke rumah sakit. Ulangi pemeriksaan setelah menjalani bed rest selama 30 menit.
Sebisa mungkin turunkan sebesar 25% selama 24 jam pertama. Namun, hindari menurunkannya hingga lebih rendah dari 160/90.
Jika ada komplikasi seperti gagal jantung, koroner, gagal ginjal akut, dll, tekanan bahkan bisa lebih dari 180/110. Segera dapatkan penanganan di rumah sakit terdekat.
Tensi perlu diturunkan sebanyak 25% dalam waktu 3 hingga 12 jam. Namun, jangan juga menurunkannya hingga di bawah 160/90 mm/Hg.
5. Hipotensi
Hipotensi ditandai dengan tensi di bawah tekanan darah normal menurut WHO, yaitu kurang dari 90/60. Namun, biasanya lebih sering terjadi pada wanita atau manula di atas usia 65 tahun.
Hipotensi bisa disertai gejala pusing, pingsan, mual, muntah, depresi, dehidrasi, kelelahan, dll. Jika gejala tak kunjung hilang setelah beberapa waktu, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lanjutan.
Pasalnya, hipotensi atau tekanan darah rendah bisa menjadi gejala penyakit yang lebih serius. Seperti masalah kardiovaskular, gangguan saraf, infeksi septicemia, alergi anafilaksis, dll.